IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN CONTENT CURRICULUM DALAM
PROSES PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Kurikulum dan
Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan
Bachtiar S.
Bachri Universitas Negeri Surabaya
Abstrak: Perencanaan pembelajaran mencakup kegiatan
merumuskan tujuan apa yang akan dicapai oleh suatu kegiatan pembelajaran, cara
apa yang dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi-bahan apa
yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, serta alat atau media
apa yang diperlukan. Sedangkan content curriculum menurut Saylor dan Alexander
(1974) meliputi fakta-fakta, observasi data, persepsi, penginderaan, desain,
pemecahan masalah yang berasal dari pikiran manusia, dari pengalaman dan hasil
konstruk pikiran yang diatur, diorganisasi dalam bentuk gagasan, konsep,
generalisasi, prinsip-prinsip, rencana dan pemecahan masalah. Menjadi tugas
pendidik/pengajar dalam hal ini adalah guru dan/atau dosen untuk
mengidentifikasi dan melakukan dengan baik implementasi pengembangan content
kurikulum dalam proses perencanaan pembelajaran. Kata Kunci: Content
Curriculum, Perencanaan Pembelajaran.
1. LATAR
BELAKANG
Pengembangan
kurikulum merupakan suatu kegiatan yang memberikan jawaban atas sejumlah tuntutan
kebutuhan yang berkembang pada pendidikan. Pengembangan kurikulum dilakukan
atas sejumlah komponen pada pendidikan, diantaranya adalah pada pembelajaran
yang merupakan implementasi dari kurikulum. Oleh karena itu pembelajaran dapat
dikatakan sebagai pelaksanaan dari sejumlah perencanaan yang telah dikembangkan
dalam kurikulum. Pembelajaran merupakan peristiwa yang kompleks, yang
melibatkan sejumlah komponen yang terangkai secara sistemik. Oleh karena itu
peristiwa pembelajaran memerlukan perencanaan yang sistematis, agar pelaksanaan
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh rencana yang
dibuat guru, oleh karena itu, komponen komponen dalam perencanaan pembelajaran harus
disusun atau dikembangkan secara sistematis dan sistemik. Dalam membuat perencanaan
pembelajaran ini guru harus berorientasi pada kurikulum yang berlaku. diatur sedemikian
rupa menurut langkah langkah tertentu agar pelaksanaannya mencapai hasil yang
diharapkan. Pengaturan ini dituangkan dalam bentuk perencanaan pembelajaran.
Setiap perencanaan selalu berkenaan dengan proyeksi atau perkiraan mengenai apa
yang akan dilakukan. Demikian halnya dalam perencanaan pembelajaran, di dalamnya
harus dilakukan proses memperkirakan (memproyeksikan) mengenai tindakan apa yang
akan dilakukan pada waktu melaksanakan pembelajaran sehingga dapat mencapai
tujuan yang diharapkan secara efektif. beberapa kebutuhan, dilakukan melalui berbagai
model yang telah dikemukakan oleh para ahli. Model-model tersebut dikembangkan untuk
memenuhi keberagaman kebutuhan yang menjadi tuntutan pengembangan kurikulum. Setiap
model pengembangan memunculkan tahap pengembangan content kurikulum sebagai implementasi
dari penetapan tujuan yang telah dilakukan sebelumnya. Pembelajaran adalah
proses yang
Pengembangan
kurikulum berdasarkan
1.
Jurnal
Teknologi Pendidikan, Vol.10 No.2, Oktober 2010 (1-11) Jika dilihat dari model
proses secara prosedural, maka hal tersebut menunjukkan urutan langkah setelah
perumusan tujuan, namun sebenarnya lebih dalam dapat dicermati bahwa
pengembangan content kurikulum merupakan inti kegiatan pembelajaran, oleh
karena itu tahapan ini memerlukan perencanaan yang mendalam, sebagai kegiatan
inti pembelajaran.
2.
PERMASALAHAN
Berdasarkan
uraian mengenai latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah yang dibahas
adalah: Bagaimana implementasi pengembangan content kurikulum dalam proses
perencanaan pembelajaran? Permasalahan ini dianggap penting karena akan dapat
memberikan penjelasan tentang hubungan kurikulum dan pembelajaran, selain itu
melalui pembahasan yang cermat akan diketahui bagaimana interaksi dan
keterkaitan antara proses perencanaan pembelajaran dengan proses pengembangan
kurikulum. Dalam tataran pelaksana pendidikan/pembelajaran di tingkat sekolah,
pola yang dikenal selama ini adalah perencanaan pembelajaran, sehingga mereka merasa
alergi dengan pengembangan kurikulum. Hal ini tidak dapat dihindari, sebab paradigma
mengenai pengembangan kurikulum yang dimiliki, bahwa kurikulum adalah merupakan
”given”, sehingga dalam tataran sekolah tinggal melaksanakannya saja. Dalam
persepktif pengembangan kurikulum, pemahaman seperti itu sudah harus mulai
ditinggalkan, sebab proses pengembangan kurikulum juga merupakan salah satu
tugas para pelaksana pendidikan/pembelajaran ditingkat sekolah.Terlebih dengan
dikembangkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang memfasilitasi para
pelaksana di sekolah untuk mengembangkan kurikulum. Pengembangan kurikulum
bukan merupakan kegiatan eksklusif para pengambil kebijakandepartemental atau
tingkat institusi nasional, namun perlu dilakukan dalam tataran sekolah sebagi
ujung tombak kegiatan pembelajaran. Dalam konteks perencanaan pembelajaran sebenarnya
para guru telah melakukan pengembangan kurikulum yang melibatkan semua komponen
pembelajaran baik secara makro maupun mikro.
3. KAJIAN
TEORITIK
Pemahaman
tentang makna kurikulum, dapat telusuri melalui beberapa pengertian dari konsep
kurikulum itu sendiri. Dalam kaitan dengan permasalahan yang dibahas diatas, kurikulum
dianggap sebagai suatu substansi, (Nana syaodih, 2006:27) yakni suatu rencana kegiatan
belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang
ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang
berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, jadwal
dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis
hasil persetujuan bersama antara penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan
pendidikan dan masyarakat. Dalam pengertian yang sama, yakni memandang
kurikulum sebagai materi dan isi pelajaran, Hamalik (2000:2menjelaskan bahwa:
Kurikulum adalah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa
untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata pelajaran (subject matter) dipandang
sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lalu yang telah disusun
secara sistematis dan logis. Dari pengertian diatas maka selain dijelaskan
bahwa kurikulum memiliki berbagai dimensi dan dapat dilihat dari berbagai aspek
berdasarkan sudut pandang, maka kurikulum dapat dipandang sebagai serangkaian
materi / bahan ajar yang perlu dikuasai siswa untuk menguasai kemampuan
tertentu. Kurikulum sebagai serangkaian bahan pembelajaran, tentu bukan
merupakan suatu objek yang berdiri sendiri, terlebih jika dikaitkan dengan
proses pengembangan kurikulum yang dilakukan dalam model pengembangan
kurikulum. Keterkaitan dengan komponen lain tentu ada, yakni bahwa pengembangan
isi kurikulum dilakukan berdasarkan komponen kurikulum. Pengetahuan merupakan
inti isi kurikulum. Beberapa ahli menyamakan isi dan pengetahuan, namun ahli
lain membedakan pengetahuan dan isi.
Bachtiar,
Implementasi Pengembangan Content ....
Sebagai
sebuah sistem, kurikulum memiliki komponen yang saling terkait.Menurut Mulyani
Sumantri (2007), komponen kurikulum tergambarkan sebagai berikut:
Tujuan Materi
Metode Evaluasi
Dapat
diketahui bahwa komponen kurikulum terdiri dari tujuan, metode, materi dan
evaluasi. Gambar diatas tidak hanya menunjukkan komponen kurikulum namun juga
menjelaskan hubungan antar komponen tersebut. Tiap komponen kurikulum saling
berinteraksi satu dengan yang lain, dan interaksi tersebut dapat terjadi secara
langsung tanpa menunggu sebuah proses atau prosedur yang mendahuluinya. Artinta
tujuan langsung dapat berinteraksi dengan evaluasi, metode dapat berhubungan
langsung dengan
materi, demikian
seterusnya dengan komponen Tokoh lain (Sukmadinata, 2006:102-112) menjelaskan
bahwa kurikulum memiliki komponen sebagai berikut:
a. Tujuan
b. Bahan ajar
c. Strategi
Mengajar
d. Media
Mengajar
e. Evaluasi
Pengajaran
f. Penyempurnaan
Pengajaran
Sama
halnya dengan pendapat sebelumnya, komponen kurikulum yang dijelaskan Nana
Syaodih diatas menjelaskan bahwa suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian,
dimana kesesuaian tersebut meliputi dua hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum
dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi dan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian
antar komponen-komponen kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses
sesuai dengan isi dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses isi
dan tujuan kurikulum. Dari kedua penjelasan tokoh kurikulum diatas menunjukkan
bahwa kurikulum memiliki komponen-komponen yang saling saling berkaitan dan
berkesesuaian sehingga sinergi yang dimiliki dari kesesuaian tersebut dapat
digunakan untuk mencapai tujuan dari kurikulum itu sendiri dalam pelaksanaan.
Perencanaan
adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya secara terpadu yang
diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan
secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Dalam hal ini, Roger A. Kaufman
(Harjanto 1997: 2) mengemukakan bahwa "Perencanaan adalah suatu proyeksi (perkiraan)
tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan dan bernilai.
Berkaitan dengan pengertian perencanaan secara umum tersebut, selanjutnya akan
dikemukan beberapa pendapat atau pandangan para ahli mengenai perencanaan
pembelajaran. Ibrahim (1993) mengatakan bahwa “Secara garis besar perencanaan pembelajaran
mencakup kegiatan merumuskan tujuan apa yang akan dicapai oleh suatu kegiatan
pembelajaran, cara apa yang dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut,
materi-bahan apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, serta
alat atau media apa yang diperlukan. Pendapat lain dikemukakan oleh Banghart
dan Trull (Sagala: 2003) yang menyatakan bahwa "Perencanaan adalah awal dari
semua proses yang rasional, dan mengandung sifat optimisme yang didasarkan atas
kepercayaan bahwa akan dapat mengatasi berbagai macam permasalahan dalam
konteks pembelajaran. Perencanaan pembelajaran diartikan sebagai proses
penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan
pendekatan atau metode pembelajaran, dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan
pada masa satu semester yang akan datang untuk mencapai tujuan yang Jurnal
Teknologi Pendidikan, Vol.10 No.2, Oktober 2010 (1-11) ditentukan".
Berdasarkan
beberapa pemahaman pengertian diatas maka dapat dirumuskan bahwa perencanaan
pembelajaran adalah suatu rangkaian yang saling berhubungan dan saling
menunjang antara
berbagai unsur atau komponen yang ada di dalam pembelajaran, atau dengan pengertian
lain, yaitu suatu proses mengatur, mengkoordinasikan, dan menetapkan
unsur-unsur atau komponen-komponen pembelajaran. Unsur atau komponen yang
dimaksud adalah:
a. Ke mana
pembelajaran tersebut akan diarahkan?
b. Apa yang
harus dibahas dalam proses pembelajaran tersebut?
c. Bagaimana
cara melakukannya?
d. Bagaimana
pula mengetahui berhasil tidaknya proses pembelajaran tersebut?
Perencanaan
pembelajaran selanjutnya dituangkan dalam model pembelajaran (instructional
design). Desain pembelajaran diperoleh dari sebuah proses sebelumnya yang terpisah,
mereka adalah perencanaan dan desain pembelajaran. Tiap proses didalamnya mengandung
sejumlah kegiatan, misalnya tentang identifikasi hasil belajar, alat penilaian dan
strategi pembelajaran yang digunakan. Tentunya dalam tahapan tersebut juga dipertimbangkan
keuntungan yang akan diperoleh guru dalam upaya meraih kualitas pembelajaran
dengan memperhatikan keterbatasan diri dan lingkungan belajar yang ada. Dari kedua
proses tersebut dihasilkan model desain pembelajaran yang dibuat dari dan untuk
guru yang melaksanakan pembelajaran tersebut. Secara rinci kegiatan yang
dilakukan guru pada tahap awal adalah melakukan desain terhadap pembelajaran
yang akan dilakukan. Langkah awal dalam desain adalah perencanaan, dimana
perencanaan tersebut dilakukan berdasarkan apa yang akan dialami oleh guru.
Perencanaan merupakan langkah penting yang akan membawa banyak fungsi. Peran
yang amat penting adalah mentransfer kurikulum dalam pembelajaran di dalam
kelas. Kurikulum sekolah dapat berupa kurikulum yang dikembangkan secara
regional (district) atau nasional. Sementara kurikulum sekolah diharapkan dapat
menunjukkan pada siswa tentang pengetahuan dan keterampilan yang akan didapatnya
selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Hubungan antara perencanaan pembelajaran
dan instructional model dijelaskan oleh Neil Shaumbaugh & Susan G. Magliaro
(2005:167) sebagai berikut:
Pengembangan
instruksional
Bahwa
perencanaan – desain pembelajaran dan pelaksanaan di kelas merupakan kegiatan
yang terpisah, namun kegiatannya merupakan tahap mengimplementasikan kurikulum
kedalam pembelajaran.Model adalah barang atau benda tiruan dari benda
sesungguhnya. Dalam konteks untuk mengkonkritkan sebuah proses, desain model dapat
diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
sesuatu kegiatan. Dengan demikian yang dimaksud dengan model pengembangan
kurikulum adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan kurikulum untuk mencapai tujuan belajar tertentu
sehingga ia berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses dan prosedur
pengembangan kurikulum. Untuk mengimplementasikan hal tersebut berbagai model
pengembangan kurikulum telah dilahirkan oleh para ahli diantaranya adalah model
Tyler, Taba dan Print. Untuk pembahasan yang berkaitan dengan permasalahan yang
diangkat diatas, maka perlu dicermati beberapa model pengembangan kurikulum
tersebut.
Bachtiar, Implementasi Pengembangan Content
....
Model
pengembangan kurikulum menurut Ralph Tyler. (periksa lampiran)
a.
Mengidentifikasi tujuan umum
b. Merumuskan
tujuan pembelajaran khusus
c. Menyeleksi
pengalaman belajar
d.
Mengorganisasikan pengalaman
e. Mengarahkan
dan mengurutkan pengalaman-pengalaman belajar
f. Evaluasi
pengalaman belajar
Model
Tyler ini secara sederhana terdiri dari 6 tahap yang merupakan pendekatan hierarkikal
dalam pengembangan kurikulum. Langkah pertama mengawali dicapainya perumusan
tujuan pembelajaran yang spesifik yang kemudian dilanjutkan dengan pengembangan
materi / bahan ajar yang berbentuk kegiatan yakni menyeleksi dan mengorganisasaikan
pengalaman belajar. Memang tidak semata menjelaskan tentang bahan, namun aktivitas
yang dimaksud sebagai pengalaman belajar adalah dengan mempelajari atau dalam
rangka menguasai bahan pembelajaran. Kemudian diakhiri dengan mengarahkan dan
mengurutkan pengalaman belajardan mengevaluasi pengalaman tersebut.
Model
pengembangan kurikulum menurut Hilda Taba (periksa lampiran)
a. Experimental
production of pilot units
1.
Diagnnosis needs
2.
Formulating specific objectives
3.
Selecting content
4.
Organizing content
5.
Selecting learning experiences
6.
Organizing learning experiences
7.
Evaluating
8.
Checking for balance and sequence
b. Testing of
experimental units
c. Revising and
consolidating
d. Developing a
framework
Model Taba ini
terdiri dari empat langkah besar yang masing-masing memiliki tahapan, dimana
content curriculum nampak dalam selecting & organizing content. Model
pengembangan kurikulum menurut Murray Print. (periksa lampiran)
a. Analisis
Situasional
b. Sasaran dan
Tujuan
c. Isi Kurikulum
d. Aktivitas
Belajar
e. Evaluasi
Pembelajaran
Model
pengembangan kurikulum yang dikemukakan olem Murray Print ini dikenal dengan
model berputar, artinya model diawali dengan langkah pertama berupa analisis situasional
kemudian berproses seperti sebuah siklus menuju pada langkah selanjutnya, begitu
seterusnya hingga langkah terakhir dan kembali pada langkah pertama lagi. Dalam
model Pront ini jelas dikemukakan tentang isi kurikulum yang dikembangkan
setelah perumusan tujuan pula, dengan demikian isi kurikulum merupakan
pengembangan atau penerjemahan dari tujuan yang telah ditetapkan
Salah satu komponen penting daripada kurikulum
adalah materi atau isi yang berupa informasi, data, pengetahuan, ketrampilan, sikap
dan nilai yang hendak diwariskan, diajarkan kepada peserta didik. Pengetahuan merupakan
inti isi kurikulum. Beberapa ahli menyamakan isi dan pengetahuan, namun ahli lain
membedakan pengetahuan dan isi. Isi tidak lain daripada rekaman pengetahuan (simbol,
grafik, rekaman suara) sedangkan pengetahuan merupakan makna atau arti sebagai konsekuensi
transaksi daripada materi. Pengetahuan yang dipergunakan disekolah adalah
pengetahuan verbal. Dalam hidup sehari-hari banyak sekali sumber bahan atau
informasi berupa surat kabar, percakapan, radio, TV dan lain sebagainya.
Individu bebas menyerap, menyeleksi informasi berdasarkan minat, tujuan, kepentingan
dan pengalamannya. Belajar dalam hal ini bersifat informal, belajar dari pengalaman.
Namun hal ini tidaklah cukup bagi kehidupan yang beradab dan berkembang seperti
saat sekarang ini. Saylor dan Alexander menyatakan bahwa materi kurikulum meliputi
fakta-fakta, observasi data, persepsi, penginderaan, desain, pemecahan masalah
yang berasal dari pikiran manusia, dari pengalaman dan hasil konstruk pikiran
yang di atur, diorganisasi dalam bentuk gagasan, konsep, generalisasi, prinsip-prinsip,
rencana dan pemecahan masalah.
Jurnal
Teknologi Pendidikan, Vol.10 No.2, Oktober 2010 (1-11) Perumusan ini menekankan
materi bersifat pengetahuan (kognitif). Tugas sekolah adalah menyeleksi, mengorganisasi
bahan pengalaman, sehingga tujuan pendidikan tercapai. Tugas ini tidaklah mudah
dan bersifat kompleks. Penelaahan tentang wujud dan struktur materi kurikulum sangat
perlu sebab materi merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas pendidikan.
Dalam penjelasan tentang desain pembelajaran Neil Shaumbaugh & Susan G. Magliaro
(2005:188) menjelaskan pula proses desain yang melibatkan pengembangan isi pembelajaran
yang merupakan implementasi dari kurikulum, yang tertuang dalam gambarmengandung
ide-ide pokok yang relevan dengan tujuan yang ditetapkan. Topik atau sub topik
tersebut, tersusun dan sekuens tertentu yang membentuk sekuens bahan ajar.
Sekuens bahan ajar tersebut terdiri dari: a) Sekuens kronologis, b) Sekuens
kausal, c) Sekuens struktural, d) Sekuens logis dan psikologis, e) Sekuens
spiral, f) Rangkaian ke belakang dan g) Sekuens berdasarkan hirarki belajar Lima
tahap dalam pengembangan pembelajaran yakni: analyze – design – develop –
implement – evaluate. Tahapan design dan develop merupakan tahap implementasi
dimana content curriculum diimplementasikan. Dalam proses tahap pengembangan kurikulum,
pengembangan bahan ajar ini dilakukan melalui sekuens bahan ajar, sebagaimana
dijelaskan Nana Syaodih (2006:103): untuk mencapai tiap tujuan mengajar yang
telah ditentukan diperlukan bahan ajar. Bahan ajar tersusun atas topik-topik
dan sub topik tertentu. Tiap topik
4. PEMBAHASAN
Pengembangan
kurikulum dilakukan melalui beberapa tahap yang dituangkan dalam model pengembangan
kurikulum. Berbagai model pengembangan kurikulum yang telah dilahirkan oleh
beberapa ahli memiliki beberapa perbedaan, namun terdapat pula beberapa persamaan
sebagaimana telah sedikit diungkapkan diatas. Dari berbagai model yang ada, kesemuanya
secara umum meletakkan analisis kebutuhan sebagai langkah awal yang kemudian dilanjutkan
dengan pengembangan dan perumusan tujuan sebagai proses untuk mengidentifikasi
profil pencapaian akhir yang diharapkan. Setelah tujuan dirumuskan barulah dikembangkan
berbagai pengalaman belajar (lihat tyler) yang dilakukan untuk mencapai tujuan,
atau dilakukan pula seleksi dan organisasi isi pelajaran (lihat taba). Proses ini
menarik, karena meletakkan kegiatan pengembangan bahan pembelajaran pada prosedur
setelah identifikasi dan perumusan tujuan dilakukan. Hal ini menunjukkan
kurikulum mengisyaratkan bahwa pencapaian tujuan perlu dikedepankan mendahului
materi / bahan. Dalam proses pembelajaran kegiatan yang dilakukan sebelum
kegiatan pembelajaran dilaksanakan, dikenal sebagai kegiatan perencanaan pembelajaran
yang hasilnya kemudian dituangkan dalam model pembelajaran. Perencanaan
pembelajaran dapat dikatakan sebagai pedoman mengajar bagi guru dan pedoman
belajar bagi siswa. Melalui perencanaan pembelajaran dapat diidentifikasi
apakah pembelajaran yang dikembangkan/dilaksanakan sudah menerapkan konsep
belajar siswa aktif atau mengembangkan pendekatan keterampilan proses.
Bachtiar, Implementasi Pengembangan Content
....
Gambaran
aktivitas siswa akan terlihat pada rencana kegiatan atau dalam rumusan Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) yang terdapat dalam perencanaan pembelajaran. Kegiatan
belajar dan mengajar yang dirumuskan oleh guru harus mengacu pada tujuan pembelajaran.
Sehingga perencanaan pembelajaran merupakan acuan yang jelas, operasional, sistematis
sebagai acuan guru dan siswa berdasarkan kurikulum yang berlaku. Materi
pelajaran merupakan isi atau bahan yang dipelajari siswa harus direncanakan sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
Menurut Syaodih dan Ibrahim (2003), ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan materi pembelajaran,
antara lain:
a. Materi
pembelajaran hendaknya sesuai dengan/menunjang tercapainya tujuan intruksional.
b. Materi
pembelajaran hendaknya
sesuai
pendidikan/ perkembangan siswa pada umumnya.
c. Materi
pembelajaran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan.
d. Materi
pembelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun
konseptual.
Isi
kurikulum (content curriculum) sebagai salah satu komponen penting dari kurikulum
merupakan sejumlah kompetensi yang harus dikuasai siswa sebagai bentuk pencapaian
tujuan yanbg telah ditetapkan. Dalam proses perencanaan pembelajaran, sejumlah kompetensi
yang perlu dikuasai melalui sejumlah pengalaman belajar yang dikondisikan dan
diorganisasikan, dirancang dan dirumuskan sehingga memunculkan model pembelajaran
yang secara langsung dapat diimplementasikan (aplicable).
5. KESIMPULAN
a. Pengembangan
kurikulum dilakukan melalui tahapan yang dituangkan dalam model pengembangan kurikulum
b. Beberapa
model pengembangan kurikulum memiliki kesamaan dalam tahapan yang dilakukan
c. Analisis
kebutuhan dan perumusan tujuan merupakan langkah awal dalam pengembangan
kurikulum
d. Pengembangan
isi kurikulum (content curriculum) dilakukan berdasarkan tujuan yang telah
ditentukan
e. Untuk
melakukan pembelajaran, isi kurikulum diimplementasikan dalam perencanaan
pembelajaran untuk melahirkan model pembelajaran.
f. Perencanaan
pembelajaran merupakan penerjemahan pengembangan isi kurikulum yang telah
dilakukan dalam pengembangan kurikulum
6. REKOMENDASI
a. Guru sebagai
pelaksana pembelajaran di kelas perlu mencermati, memperhatikan proses
pengembangan kurikulum untuk mengetahui pengembangan isi kurikulum yang
diajarkan di dalam kelas
b. Pelaksanaan
pembelajaran harus dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, karena
dalam perencanaan telah tergali beberapa pemikiran mendalam tentang pelaksanaan
pembelajaran yang akan dilakukan.
c. Perancang
pembelajaran perlu meletakkan perumusan tujuan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pembelajaran
d. Pengalaman
belajar dan isi kurikulum dikembangkan dari tujuan yang telah dirumuskan, bukan
sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan
Rohani, A. (1991). Pengelolaan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta Hamalik,
O. (2000). Model-model Pengembangan Kurikulum, Bandung:
Yayasan Al
Madani Terpadu Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar.
Jurnal Teknologi
Pendidikan, Vol.10 No.2, Oktober 2010 (1-11) Jakarta; Bumi Aksara
Ibrahim, R. dan
Syaodih, N. (2003). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta;
Rineka Cipta
Sudjana, N. (1989). Dasar-dasar Proses
Mulyasa, E.
(2004). Kurikulum Berbasis Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Kompetensi.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyasa, E. (2004).
Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nana Syaodih
Sukmadinata. (2006). Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek. Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya.
Oliva, Peter E.
(1992). Developing The Curriculum. New York : Harper Collins Publisher http://www.srb.tas.gov.au/standards/CurricStds
.htm
Reiser, R.A, Dick,
W. (1996). Instructional Planning : A Guide for Teachers.Massachusetts: Allyn
and Bacon.
Sagala, S.
(2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Online:
http://www.state.nj.us/education/cccs/
http://www.cde.ca.gov/ci/
http://www.state.nj.us/education/aps/cccs/
http://www.dest.gov.au/sectors/school_education/publications_resources/profiles/y12_curriculum_standards.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar